HEMOLISIS
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tubuh
manusia setiap saat terjadi proses sirkulasi berbagai zat yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk suplai energi sehingga tubuh dapat melakukan aktivitas. Media yang
berperan dalam mengedarkan zat-zat tersebut adalah darah. Darah merupakan cairan yang bersirkulasi dalam tubuh
manusia dan vertebrata yang berfungsi
untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
serta mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme.
Darah
terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Komponen sel
darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keping darah (trombosit). Sel darah merah (eritrosit) umumnya dapat mengalami
kerusakan atau gangguan apabila diletakkan dalam suatu larutan yang tidak
sesuai dengan tekanan osmotiknya. Hal ini dapat berpengaruh dalam menjalankan
fungsinya dalam tubuh. Sel darah yang mengalami gangguan dapat mengalami
hemolisis (pecah) dan krenasi (berkerut).
Hemolisis
digunakan untuk menunjukkan terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit)
yang ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari sel. Kerusakan membran eritrosit
dapat disebabkan karena sel didedahkan pada medium yang hipotonis. Selain itu
akan terjadi bila sel darah merah didedahkan dalam larutan yang dapat merusak
membran sel dan diletakan pada kondisi yang dapat merusak menembus menbran
plasma. Sebaliknya bila sel darah merah (eritrosit) berada pada medium yang
hipertonis, maka maka sel akan menjadi berkerut dikarenakan sitoplasmanya tertarik
keluar sel, akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Berdasarkan
sebelumnya, maka dilakukan praktikum Hemolisis.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada
praktikum hemolisis adalah bagaimana mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan
krenasi ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin
dicapai pada praktikum hemolisis adalah untuk mengetahui peristiwa hemolisis
dan krenasi.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh
pada praktikum hemolisis adalah dapat mengetahui peristiwa hemolisis dan
krenasi.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Larutan adalah campuran
homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat. Larutan
yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan
hipertonik, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari
pada larutan lain disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan
selaput semipermiabel. Bila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan
osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel akan keluar sehingga sel
berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air
dari luar akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini
disebut plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh larutan terhadap bentuk sel menurut hukum
osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap cairan sitoplasma sel jika memiliki
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang tidak dapat berdifusi.
Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut hipotonik
terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke
dalam sel dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan
disebut hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan
dengan isi sel. Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa
disebut dengan krenasi (Sloane, 2004).
Darah adalah suatu jaringan yang
terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem
vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke
jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga membawa karbon dioksida dari dari
jaringan ke paru-paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk dikeluarkan dari
tubuh. Salah satu bagain atau komponen darah adalah sel darah merah
(eritrosit). Eritrosit adalah korpuskula darah yang memberi warna merah pada
darah. Eritrosit sangat lentur. Bentuk erotrosit dipengaruhi oleh osmolaritas
media sekitarnya. Pada larutan hipotonik sedang, eritrosit membengkak. Dalam
larutan yang lebih hipotonik eritrosit membengkak dan membran selnya pecah
sehingga hemoglobin keluar sel. Pecahnya eritrosit hipotonik disebut hemolisis
(Fawcet dan Bloom, 2002).
Darah merupakan medium transport dalam
tubuh. Darah tersusun atas dua komponen, yaitu plasma darah dan sel darah.
Plasma darah merupakan bagian yang cair dan terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Sel
darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proese penghancuran eritrosit terjadi
karena proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi
dan tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit
akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen
protein dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan
kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa
digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).
Hemolisis
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan pecahnya membran sel darah merah (eritrosit)
yang menyebabkan hemoglobinkeluar, karena sel darah merah didedahkan dalam
medium atau larutan yang bersifat hipotonis. Hemolisis dapat pula diartikan
peningkatan destruksi eritrosit yang disertai peningkatan produksi eritrosit.
Diagnosis banding hemolisis dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab intrinsik
dan ekstrinsik hemolisis. Penyebab intrinsik ditandai dengan adanya kelainan
pada eritrosit, termasuk kelainan membran, hemoglobin dan enzim. Penyebab
hemolisis ekstrinsik ditandai dengan sel eritrosit abnormal, disertai proses
ekternal yang menyebabkan hemolisis (Schwartz, 2005).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum hemolisis dilaksanakan
pada hari Rabu, 21 Mei 2014 pukul 15.00-18.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum
hemolisis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1.
Alat dan kegunaan pada praktikum hemolisis
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Kaca objek
|
Untuk
meletakkan sampel darah yang akan diamati dibawah mikroskop
|
2.
|
Blood
lancet
|
Untuk
menusuk jari probandus
|
3.
|
Tabung reaksi
|
Untuk
meletakkan sampel darah
|
4.
|
Pipet tetes
|
Untuk
mengambil larutan
|
5.
|
Mikroskop
|
Untuk mengamati
sampel darah
|
6.
|
Rak tabung reaksi
|
Untuk
meletakkan tabung reaksi
|
7.
|
Kamera
|
Untuk
mengambi gambar hasil pengamatan
|
8.
|
Kaca penutup
|
Untuk
menutup sampel darah
|
9.
|
Alat tulis
|
Untuk
menuliskan hasil pengamatan
|
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum
hemolisis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2.
Bahan dan kegunaan pada praktikum hemolisis
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Darah manusia
|
Sebagai
objek pengamatan
|
2.
|
Kapas
|
Sebagai
bahan untuk membantu mensterilkan jari
|
3.
|
Alkohol 70 %
|
Sebagai
larutan untuk mensterilkan jari
|
4.
|
Akuades
|
Sebagai
larutan hipotonik
|
5.
|
Larutan NaCl 3 %
|
Sebagai
larutan hipertonik
|
6.
|
Larutan NaCl 0,9 %
|
Sebagai
larutan fisiologis yang bersifat isotonik
|
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada
praktikum hemolisis adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang kan digunakan.
2. Mengambil
larutan NaCl 0,9 % dan 3 % serta akuades sebanyak 2 mL dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
3. Mensterilkan
jari dengan menggunakan alkohol 70 % dan kapas.
4. Menusuk
jari dengan menggunakan blood lancet steril.
5. Meneteskan
tiga tetes darah ke dalam tabung reaksi yang berisi aquades, larutan NaCl 3 %
dan 0,9 %.
6. Menghomogenkan
larutan yang berisi sampel darah.
7. Mengambil
larutan dan meneteskannya pada kaca objek sebanyak satu tetes dan menutup
dengan menggunakan kaca penutup.
8. Mengamati
di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 X.
9. Mengambil
gambar hasil pengamatan dan mendokumentasikannya.
10. Menuliskan
hasil pengamatan sesuai format yang ada.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum hemolisis
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil
pengamatan hemolisis
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Isotonik (NaCl 0,9%)
|
Perbesaran 40 X
|
Sel darah merah bikonkaf
|
2.
|
Hipertonik (NaCl 3%)
|
Perbesaran 40 X
|
Sel darah
merah mengekrut (Krenasi)
|
3.
|
Hipotonik (Aquades)
|
|
Sel darah merah pecah
|
B.
Pembahasan
Darah
adalah cairan yang berfungsi sebagai pengirim zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan kimia hasil metabolisme dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit. Darah sangat penting bagi
manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi yang memungkinkan
homeostasis jaringan tubuh. Darah terdiri dari sel darah dan plasma darah. Sel
darah umumnya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping darah.
Sel
darah merah (eritrosit) umumnya berwarna merah karena terdapat hemoglobin (Hb)
sebagai zat pemberi warna pada darah. Hemoglobin adalah zat warna merah yang
tersusun atas protein globin yang padanya terdapat 4 ion Fe2+ yang
mengandung heme. Darah manusia
umumnya terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah terdiri atas
90 % air, 7-8 % protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % zat
makanan dan bahan mineral.
Hemolisis merupakan suatu proses yang menunjukkan
terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit) dimana hemoglobin keluar dari
sel. Hemolisis terjadi jika sel didedahkan dalam medium yang hipotonis.
Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permiabel yang artinya hanya
senyawa atau zat tertentu saja yang dapat menembus atau memasuki dinding
selnya. Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan
larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam sel darah. Hal yang mungkin terjadi
bila eritrosit dimasukan ke dalam medium yang hipotonis adalah medium tersebut
akan masuk ke dalam membran pada eritrosit sehingga sel darah akan menggembung.
Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang
terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. Sebaliknya bila eritrosit
ditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam erotrosit akan
keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan menjadi berkerut.
Peristiwa ini biasa dikenal dengan krenasi.
Praktikum hemolisis dilakukan pengamatan pada sel
darah merah yang ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,9
% sebagai larutan yang bersifat isotonis dan konsentrasi 3 % sebagai larutan
yang bersifat hipertonis. Akuades dalam pengamatan ini bersifat sebagai larutan
hipotonis. Tujuan dari penggunaan larutan ini adalah untuk melihat peristiwa
hemolisis, krenasi atau tidak keduanya pada sel darah merah.
Hasil pengamatan pada perlakuan sel darah merah yang
ditambahkan dengan larutan NaCl 0,9 % diperoleh bentuk sel darah merah tetap
dalam keadaan bikonkaf dan tetap berwarna merah. Bentuk bikonkaf merupakan
bentuk umum dari sel darah merah (eritrosit). Hal ini dikarenakan larutan NaCl
0,9 % bersifat isotonis. Larutan isotonis merupakan larutan fisiologis yang
konsentrasinya seimbang baik di dalam maupun di luar sel.
Pengamatan pada perlakuan ketika sel darah merah ditambahkan
larutan NaCl 3 % diperoleh sel darah merah tampak kehitaman dan penampakan sel
darah merah (eritrosit) tampak berkerut. Hal ini menunjukkan bahwa telah
terjadi peristiwa krenasi pada sel darah merah yang dikarenakan larutan NaCl 3
% bersifat hipertonis. Larutan hipertonis akan menyebabkan sitoplasma tertarik
keluar sel karena terdapat perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel.
Pengamatan pada perlakuan ketika sel darah merah
ditambahkan larutan akuades diperoleh sel darah merah tampak kekuningan dan
penampakan sel darah merah ketika diamati dibawah mikroskop tidak ditemukan
hasil pengamatan. Namun, teori menjelaskan bahwa sel darah ketika ditambahkan
akuades akan memperlihatkan penampakan sel darah merah (eritrosit) tampak
pecah. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa hemolisis pada sel
darah merah yang dikarenakan larutan akuades bersifat hipotonis. Akuades
merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana
konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa
cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai
konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah
tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah hemolisis (pecahnya sel
darah merah).
Larutan hipotonis akan menyebabkan cairan di luar
sel berdifusi ke dalam eritrosit yang menyebabkan perbedaan potensial air,
dimana potensial air dari NaCl lebih tinggi dibandingkan potensial air pada
eritrosit. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah dan
melampaui daya tampung dari sel darah merah. Hal ini menyebabkan membran sel
darah merah yang bersifat selektif permiabel pecah sehingga sitoplasma dari
eritrosit keluar. Hal ini mempermudah molekul air dan ion Cl dari larutan NaCl
untuk masuk ke dalam sel darh merah sehingga menyebabkan sel darah merapat dan
akhirnya pecah karena tekanan dari molekul air dan ion.
Peristiwa
hemolisis dan krenasi tidak pernah terlepas dari peran osmosis dan difusi.
Kerusakan pada membran sel darah dikaarenakan sel darah didedahkan pada medium
yang hipotonis atau hipertonis. Apabila larutan bersifat hipotonis larutan dari
luar akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihi
kemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melalui membran
eritrosit yang bersifat semi permiabel. Sedangkan bila larutan bersifat
hipertonis dimasukan dalam darah akan menyebabkan isi sel keluar menuju medium
sehingga sel mengkerut.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
pada praktikum hemolisis adalah peristiwa hemolisis ditandai dengan pecahnya
sel darah merah yang dikarenakan penambahan larutan yang bersifat hipotonis
seperti akuades, sedangkan peristiwa krenasi ditandai dengan mengkerutnya sel
darah merah yang dikarenakan penambahan larutan yang bersifat hipertonis seperti
NaCl 3 % ke dalam sel darah.
B.
Saran
Saran
yang dapat saya ajukan pada praktikum hemolisis adalah sebaiknya semua
praktikan turut aktif dalam melakukan pengamatan sehingga apa yang menjadi
tujuan dari praktikum itu sendiri dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fawcett, D. W. dan Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Handayani,W.
dan Haribowo, A. S., 2008, Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika,
Jakarta.
Schwartz,
M. W., 2005, Pedoman Klinis Pediatri,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane,
E., 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk
Pemula, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PRAKTIKUM
XI
HEMOLISIS
OLEH :
NAMA
|
:
|
DAFID PRATAMA
|
STAMBUK
|
:
|
F1D1 12 002
|
KELOMPOK
|
:
|
III (TIGA)
|
ASISTEN PEMBIMBING
|
:
|
IRJUM BUDIATMAN JAYA
|
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
LAPORAN SEMENTARA
Judul : Hemolisis
Tujuan : Untuk mendemonstrasikan peristiwa hemolisis
dan krenasi pada sel
darah
merah
Hari/Tgl
: Rabu, 21 Mei 2014
Hasil Pengamatan
:
Tabel 1. Hasil
pengamatan hemolisis
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Isotonik (NacL 0,9%)
|
Perbesaran 40 X
|
Sel darah merah bikonkaf
|
2.
|
Hipertonik (NacL 3%)
|
Perbesaran 40 X
|
Sel darah
merah mengekrut (krenasi)
|
3.
|
Hipotonik (Aquades)
|
|
Sel darah merah pecah
|
Nama-Nama
Kelompok III :
1.
Kholifath
2.
Wa
Ode Sadawati
3.
Eis
Nurhiliya
4.
Farni
5.
Zainab
Mola
6.
Febriyanto
Meiyer P.
7.
Aditya
Aminudin
8.
I
Wayan Rustanto
9.
Ernaman
Kendari, Mei 2014
Asisten Pembimbing,
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda