Senin, 09 Juni 2014

IRITABILITAS OTOT DAN SARAF



I.   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Salah satu kemampuan sel saraf untuk mendukung fungsinya adalah iritabilitas. Iritabilitas merupakan kemampuan untuk memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya. Stimulus yang mengenai suatu otot atau saraf akan dirambatkan. Kemampuan untuk merambatkan suatu impuls dikenal dengan konduktivitas. Dengan adanya kemampuan iritabilitas dan konduktivitas maka stimulus akan dapat diterima dan diteruskan dari atau ke bagian yang sesuai.
Sifat iritabilitas sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila diberikan rangsangan melalui saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang ada pada sel saraf umumnya tidak dapat diamati, karena berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.
Secara normal, otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respon terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi dan panas. Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang terjadi pada organisme, misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik. Rangsangan dapat berupa rangsangan kimia, rangsangan kalor, rangsangan cahaya maupun rangsangan listrik.
Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang ditimbulkannya. Rangsangan kimia dapat diperoleh hanya dalam keadaan larutan yang bersifat isotonik dan suhunya harus sama dengan suhu jaringan yang hendak dirangsang. Rangsangan kalorik berupa rangsangan panas atau dingin. Otot yang diamati pada percobaan ini adalah otot gastrocnemius dan saraf ischiadicus yang akan diamati kemampuan iritabilitasnya sebelum dan setelah diputuskan saraf dari medulla spinalis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf adalah bagaimana sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf ?

C.      Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf adalah untuk mengetahui sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf.

D.      Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf adalah dapat mengetahui sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf.









II.   TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf mencakup seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi dasar dari sistem saraf adalah komunikasi. Sifat ini mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma, yaitu iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas yaitu kemampuan bereaksi dengan secara bertingkat terhadap rangsang fifik atau kimiawi. Konduktivitas yaitu kemampuan menghantar rangsang dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain. Setelah menerima rangsang dari tubuh, bentuk dan aliran energi rangsang (mekanis, termal, kimiawi) ditransduksi oleh struktur khusus, yaitu reseptor, menjadi potensial listrik yang akhirnya membangkitkan rangsang saraf. Deretan impuls ini kemudian dengan cepat diteruskan ke pusat saraf (Fawcett, dkk., 2002).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas atau sensivitas terhadap stimulus dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama, yaitu input sensorik, aktivitas integratif dan output motorik. Sistem saraf menerima stimulus melalui reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal  (somatik) maupun internal (viseral). Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang akan menghantarkan stimulus sehingga respon bisa terjadi. Impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh yang disebut sebagai efektor (Sloane, 2004).
Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis. Sistem saraf tepi terletak di luar otak dan medulla spinalis terdiri dari dua bagian yaitu otonom dan somatik. Sistem saraf tepi menerima rangsangan dan memulai respon terhadap rangsangan itu. Fungsi dari SSO adalah mengendalikan dan mengatur jantung, sistem pernapasan, saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. SSO mempersarafi otot polos tetapi merupakan sistem saraf involunter yang dikendalikan secara tidak sadar. Sistem saraf somatik merupakan sistem volunter yang mempersarafi otot rangka yang dikendalikan secara sadar. Dua perangkat neuron dalam komponen otonom  pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen yang menerima impuls ke SSP, dan neuron eferen yang menerima impuls dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke sel-sel organ efektor (Kee, dkk., 1996).
Saraf yang mengontrol dan mengkoordinasikan fungsi fisiologis tubuh dibedakan atas dua macam, yaitu sistem saraf pusat terdapat dalam otak dan medulla spinalis, serta sistem saraf perifer yang memperantarai antara SSP dan lingkungan eksternal atau internal. Saraf perifer dibagi lagi menjadi aferen (pembawa impuls yang masuk ke SSP) dan eferen (pembawa impuls yang keluar dari SSP). Eferen dibagi lagi menjadi saraf somatik dan saraf otonom (SSO). Neuron-neuron eferen SSO mempersarafi otot polos dan otot jantung, kelenjar, dan organ dalam lain. SSO dibedakan atas saraf simpatik dan parasimpatik. Neuron saraf simpatik berasal dari torakal dan lumbal (torako-lumbal), dan neuron saraf parasimpatik berasal dari daerah batang otak (Rahardjo, 2009).
Sistem saraf otonom (SSO) merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa input dari organ visera. SSO mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar-kelenjar viseral. SSO terutama mengatur fungsi viseral dan interaksinya dengan lingkungan internal. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis meninggalkan SSP dari daerah torakal dan lumbal medulla spinalis. Sistem saraf parasimpatis keluar dari otak melalui komponen-komponen saraf kranial dan bagian medulla spinalis. Mediator stimulus simpatis adalah neropinefrin, sedangkan mediator impuls parasimpatis adalah asetilkolin. Kedua zat kimia ini mempunyai pengaruh yang berlawanan (Muttaqin, 2008).





III .  METODE PRAKTIKUM
A . Waktu dan tempat
Praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 Mei 2014 pukul 15.00-18.00 WITA, dan bertempat di Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B .  Alat dan bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf.
No
Namaalat
Kegunaan
1.
Papan bedah
Sebagai tempat membedah katak (Rana sp.)
2.
Alat bedah
Untuk membedah katak (Rana sp.)
3.
Pipet tetes
Untuk mengambil larutan
4.
Toples
Sebagai tempat membius katak (Rana sp.)
5.
Jarum pentul
Untuk menyangga katak ketika dibedah
6.
Kamera digital
Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
7.
Alat tulis
Untuk menuliskan hasil pengamatan
8.
Jaring
Untuk menangkap katak (Rana sp.)


2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf.
No
Namabahan
Kegunaan
1.
HCl
Sebagai indicator untuk mengetahui aktif atau tidaknya otot dan saraf
2.
NaCl
Sebagai indicator untuk mengetahui aktif atau tidaknya otot dan saraf
3.
Kapas
Untuk menyerap kloroform
4.
Kloroform
Untuk membius katak (Rana sp.) yang digunakan
5.
Akuades
Untuk mencuci sediaan katak (Rana sp.)
6.
Katak (Rana sp.)
Sebagai bahan yang akan diambil saraf dan ototnya

C.   Prosedur kerja
Prosedur kerja pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf yaitu sebagai berikut :
a.    Pembuatan Sediaan Saraf dan Otot
1.    Membius katak dengan menggunakan kloroform.
2.    Meletakkan katak (Rana sp.) di atas papan seksi dengan posisi punggung menghadap ke bawah.
3.    Menusukkan jarum melalui foramen magnum ke arah anterior sampai ke tulang tengkorak dan memutar jarum tersebut hingga otak akan rusak.
4.    Jika otak telah rusak, membedah katak dengan menggunakan alat bedah dan menggunting kulitnya mulai dari ± 3 cm di atas paha ke arah transversal melingkari tubuh, kemudian menarik kulit ke bawah hingga terlepas dari tubuh.
5.    Membuka perutnya dan membuang viceralnya, maka akan tampak saraf ischiadicus di sisi kanan dan kiri vertebranya.
6.    Membuang bagian lain yang tidak diperlukan dengan hati-hati hingga terlihat permukaan saraf dengan ujung otot gastrocnemius.
7.    Menggunting ruas vertebra tepat di atas keluarnya saraf ischiadicus.
8.    Memotong tendon yang melekatkan otot gastocnemius dengan tulang.
9.    Membersihkan sediaan sehingga tampak jelas otot gastrocnemius, saraf ischiadicus, sisa tendon dan sebagian ruas vertebra.
b.    Pemberian Perlakuan
1.    Sebelum saraf diputuskan dari medulla spinalis
-       Rangsangan mekanis
Mencubit saraf dengan pinset, dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.
-       Rangsangan thermis
Menyentuh saraf dengan batang gelas yang panas dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.

-       Rangsangan osmotis
Membubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.
-       Rangsangan khemis
Meneteskan 2-3 tetes HCl 1 % pada saraf dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius. Setelah itu, sediaan dicuci dengan menggunakan akuades.
2.    Setelah saraf diputuskan dari medulla spinalis
-       Rangsangan mekanis
Mencubit saraf dengan pinset, dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.
-       Rangsangan thermis
Menyentuh saraf dengan batang gelas yang panas dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.
-       Rangsangan osmotis
Membubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius.
-       Rangsangan khemis
Meneteskan 2-3 tetes HCl 1 % pada saraf dan mengamati respon yang terjadi. Demikian pula pada otot gastrocnemius. Setelah itu, sediaan dicuci dengan menggunakan akuades.









IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf sebelum saraf                   diputuskan dari medulla spinalis
No
Sampel
Perlakuan
Mekanis (pinset)
Thermis (es batu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1.
Otot gastrocnemius
Masih aktif
Masih aktif
Bergerak pelan
Bergerak pelan
2.
Saraf ischiadichus
Masih aktif
Masih aktif
Masih aktif
Masih aktif

Tabel 4. Hasil pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf setelah saraf                   diputuskan dari medulla spinalis
No
Sampel
Perlakuan
Mekanis (pinset)
Thermis (es batu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1.
Otot gastrocnemius
Tidak          bergerak
Tidak bergerak
Tidak  bergerak
Tidak  bergerak
2.
Saraf ischiadichus
-
-
-
-



B.       Pembahasan
Makhluk hidup umumnya hewan memiliki ciri khas yaitu mampu melakukan gerakan. Gerak ini merupakan hasil kombinasi dari otot dan tulang yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Sel saraf pada makhluk hidup mempunyai dua mekanisme penting, yaitu iritabilitas maupun konduktivitas. Iritabilitas merupakan kemampuan sel saraf untuk memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya, sedangkan konduktivitas itu sendiri merupakan kemampuan sel saraf untuk merambatkan impuls yang diterima.
Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan paralel didalam sitoplasma. Serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin dan miosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif.
Praktikum iritabilitas otot dan saraf dilakukan pengamatan terhadap otot gastrocnemius katak dan saraf ischiadicus. Percobaan ini dilakukan dua perlakuan, yaitu sebelum dan setelah saraf diputuskan dari medulla spinalis. Hasil pengamatan pada pengamatan sebelum saraf diputuskan dari medulla spinalis diperoleh untuk perlakuan mekanis baik otot gastrocnemius maupun saraf ischiadicus tampak masih aktif. Begitu pula dengan perlakuan thermis, osmotis (NaCl) dan khemis (HCl) tampak masih aktif otot gastrocnemius maupun saraf ischiadicus dari katak (Rana sp.). Reaksi yang paling kuat pada kontraksi otot adalah dengan menggunakan HCl dan NaCl. Penggunaan zat ini akan ditangkap oleh kemoreseptor dan dapat ditranduksikan sampai ke sistem saraf katak (Rana sp.), sehingga respons yang diberikan tampak kuat.
Hasil pengamatan pada perlakuan setelah saraf diputus dari medulla spinalis diperoleh untuk semua perlakuan baik itu rangsangan mekanis, thermis, osmotis (NaCl) dan khemis (HCl) tampak bahwa otot gastrocnemius dan saraf ischiadicus sudah tidak aktif atau tidak memberikan respons apapun. Hal ini dikarenakan sel saraf medulla spinalis sudah tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik karena telah mengalami perusakan yang berupa pemutusan dari organ penghubungnya. Medulla spinalis merupakan organ dalam yang sangat lunak dan rentan akan kerusakan, letaknya pada bagian dalam tulang yang terlindungi. Hal ini juga dikarenakan organ ini merupakan organ penting dengan fungsi utama pada sistem saraf.
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama, yaitu input sensorik, aktivitas intergratif dan output motorik. Input sensorik sistem saraf menerima stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral). Antivitas integratif reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi. Output motorik input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh, yang disebut sebagai efektor.
Sistem saraf umumnya terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan sistem saraf tepi (aferen dan eferen). Indikator yang diamati pada perlakuan ini adalah medulla spinalis pada katak (Rana sp.) baik sebelum dan setelah saraf diputuskan. Seelum saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot dan saraf masih aktif, sedangkan setelah saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot maupun saraf sudah tidak aktif.
Fungsi medulla spinalis diantaranya adalah sebagai pusat gerakan otot tubuh terbesar, mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai, menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum dan sebagai sel yang mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh. Dalam sistem saraf pusat terdapat dua bagian penting yang menunjang kinerja saraf pusat yaitu bagian otak dan sumsum tulang belakang.
Secara umum medulla spinalis menerima sensor motorik yang berupa impuls dan diterima oleh tanduk dorsal, selanjutnya sensor akan keluar melalui ventral dan diteruskan ke efektor. Di sepanjang medulla spinalis terdapat sel-sel araf yang akan meneruskan impuls sensor motorik dan selanjutnya disampaikan ke otak. Sistem saraf bertanggung jawab untuk mengkoordinasi respon yang cepat dan cermat. Sinyal-sinyal saraf dalam bentuk potensial aksi secara cepat merambat disepanjang serat-serat sel saraf, menyebabkan pelepasan suatu neurotransmiter di ujung saraf yang akan berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat, tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmiter dengan cepat distimulasi dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian respon dan pengulangan respon yang berlangsung.



V.   PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf adalah sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf dipengaruhi oleh medulla spinalis, apabila medulla spinalis tidak diputus, maka  akan otot dan saraf pun masih aktif melakukan gerakan, dan apabila medulla spinalis telah diputus dari organ penghubungnya, maka keja otot dan saraf pun sudah tidak aktif.

B.     Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf adalah agar asisten tetap mempertahankan cara membimbing praktikan dalam melakukan praktikum, karena cara membimbingnya sudah baik.














DAFTAR PUSTAKA
Fawcett, D. W. dan Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kee, J. L., Hayes, E. R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Muttaqin, A., 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan, Salemba Medika, Jakarta.
Rahardjo, R., 2009, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane, E., 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.





























LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PERCOBAAN IX
IRITABILITAS OTOT DAN SARAF

 









OLEH :
NAMA
:
DAFID PRATAMA
STAMBUK
:
F1D1 12 002
KELOMPOK
:
III (TIGA)
KELAS
:
B
ASISTEN PEMBIMBING
:
JENDRI MAMANGKEY










JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014


LAPORAN SEMENTARA
Judul   : Iritabilitas Otot dan Saraf
Tujuan : Untuk mengetahui sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf
Hari/Tgl : Rabu, 14 Mei 2014
Hasil Pengamatan :
Tabel 1. Hasil pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf sebelum saraf                   diputuskan dari medulla spinalis
No
Sampel
Perlakuan
Mekanis (pinset)
Thermis (es batu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1.
Otot gastrocnemius
Masih aktif
Masih aktif
Bergerak pelan
Bergerak pelan
2.
Saraf ischiadichus
Masih aktif
Masih aktif
Masih aktif
Masih aktif

Tabel 2. Hasil pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf setelah saraf                   diputuskan dari medulla spinalis
No
Sampel
Perlakuan
Mekanis (pinset)
Thermis (es batu)
Osmotis (NaCl)
Khemis (HCl)
1.
Otot gastrocnemius
Tidak          bergerak
Tidak bergerak
Tidak  bergerak
Tidak  bergerak
2.
Saraf ischiadichus
-
-
-
-

Nama-Nama Kelompok III :
1.      Kholifath
2.      Wa Ode Sadawati
3.      Eis Nurhiliya
4.      Farni
5.      Zainab Mola
6.      Febriyanto Meiyer P.
7.      Aditya Aminudin
8.      I Wayan Rustanto
9.      Ernaman
10.  Sri Astuti
11.  DAFID PRATAMA

                                                                                    Kendari,   Mei 2014
Asisten Pembimbing,

Jendri Mamangkey

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda